Kamis, 08 Mei 2014

Wisma Praja, Sumbawa Besar



Wisma Praja adalah bangunan yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah Sumbawa. Di sinilah kantor terakhir Sultan Sumbawa Kaharuddin II sebelum pindah ke Bala Kuning.
Wisma Praja berada di kompleks Wisma Daerah yang didirikan Belanda pada tahun 1934. Kini di dalam Wisma Praja juga berdiri bangunan rumah dinas Bupati dan lapangan tenis. Di bagian timur terdapat sumur keramat yang bernama Sumir Batir dengan kedalaman 19 meter. Pada masa kesultanan, di kawasan ini berdiri rumah-rumah para pegawai kerajaan yang sekarang tidak bisa kita lihat lagi.

 
Walaupun kini tak lagi menjadi kediaman sultan namun masih banyak kegiatan pemerintahan yang dilakukan di Wisma Praja. Misalnya sebagai tempat penerimaan tamu-tamu agung, kegiatan upacara dan resepsi yang bersifat formal serta pertemuan kepemerintahan lainnya.
Nah, Wisma Praja juga dikenal dengan nama ‘Bale Jam’ atau ‘rumah lonceng’. Hal itu dikarenakan keberadaan lonceng besar di bagian depan kompleks. Lonceng atau bel yang didatangkan dari Belanda ini berfungsi sebagai penanda waktu yang setiap periodik dibunyikan oleh seorang petugas. Namun entah mengapa kini suara lonceng itu tak pernah terdengar lagi.
Saat Anda melintas di depan Bale Jam, itu tandanya kita melintas di Jalan Pahlawan. Di arah utara sudut ini terdapat lapangan Pahlawan. Berbatasan dengan lapangan Pahlawan ada sebuah parit bernama ‘kokar dano’. ‘Kokar’ artinya parit yang hanya pada musim penghujan mengalirkan air. Sedangkan ‘dano’ adalah nama seseorang yang menjadi penunggu atau pengawas dari parit tersebut. Konon parit ini tidak terbentuk secara alami namun dibuat secara khusus pada saat pembangunan Istana Tua pada 1885. Kokar dano berawal dari Kantor Camat Sumbawa dan bersambung ke aliran parit dari sawah yang berada di bagian timur. Dengan panjang mencapai 1 km dan berujung di Sungai Brang Bara, parit ini dibangun sebagai pembatas wilayah istana kerajaan yang tidak boleh ditembus oleh setiap orang. Bahkan seorang Belanda pun tidak boleh sembarangan masuk areal ini.
Di kokar dano terdapat sebuah jembatan kayu. Melewati jembatan inilah setiap tamu kerajaan masuk ke kawasan istana. Para tetamu itu menambatkan kapalnya persis di pelabuhan Jembatan Pelimpat. Kawasan yang sekarang dikenal dengan karang atau Desa Bugis itu tepatnya berada di bagian barat Sumbawa Besar. Sedikitnya ada dua nama lain untuk menyebut Desa Bugis itu yakni karang makam dan karang Bugis. Disebut ‘karang makam’ karena disinilah perkuburan para tamu yang datang dari jauh. Sedangkan ‘karang Bugis’ karena orang yang pertama datang menemui Sultan Sumbawa saat itu berasal dari Bugis Sulawesi.
Jika ingin mengunjungi Wisama Praja, gedung ini berada di desa Brangbara, Sumbawa Besar. Anda bisa menggunakan angkutan kota untuk menjangkau lokasi tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar